JAKARTA - Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menceritakan pengalamannya selama dua periode memimpin ibu kota negara kepada Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan alias Aher. Sutiyoso menegaskan bahwa memimpin ibu kota di masa kepemimpinannya  jauh lebih sulit dibanding saat ini.
 
Mantan Pangdam Jaya itu memimpin Jakarta sejak 1997 hingga 2007. Di awal kepemimpinan Sutiyoso, muncul krisis moneter yang bergulir menjadi krisis politik dan keamanan.
"Di mana-mana terjadi kerusuhan, uang tidak ada, masyarakat lagi liar-liarnya," kata Sutiyoso menggambarkan situasi masa-masa awal reformasi.

Pensiunan TNI kelahiran Semarang itu menambahkan, pergolakan di masyarakat setelah reformasi memang mulai berangsur surut. Tapi, di tingkat pemerintah pusat masih juga bergejolak. Sutiyoso mengalami pergantian masa kepresidenan dari Soeharto ke Habibie. Di lanjutkan Habibie ke Abdurrahman Wahid.

Selanjutnya muncul krisis politik yang membuat Abdurrahman Wahid lengser dan digantikan Megawati. Selanjutnya pada 2004, terjadi pergantian presiden dari Megawati ke Susilo Bambang Yudhoyono.

Kondisi tersebut, lanjut Sutiyoso, juga menghambat program-program pembangunan Jakarta. Pasalnya, ia kesulitan untuk membangun komunikasi yang baik dengan pemerintah pusat
"Tiap kali ganti Presiden, punya taste (cita rasa, red) berbeda. Saya harus koordinasi lagi dengan orang baru. Baru mau jalan, ganti lagi orangnya," ungkapnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (10/2).



Yang paling berat, tambahnya lagi, adalah minimnya dukungan dari media. Berbeda dengan Gubernur Joko Widodo saat ini, Sutiyoso selalu dihantam dengan pemberitaan negatif oleh media massa saat itu. "Saya public enemy, bukan media darling seperti yang sekarang," tandas mantan Wadanjen Kopassus kelahiran Semarang itu.(dil/jpnn)

Leave a Reply